Suatu hari, beliau membawa santrinya ke tebing sungai Tigris. Terdapat pohon kurma di sepanjang sungai itu. Ma'ruf ingin mengajar santrinya di tempat tersebut. Mereka duduk melingkar. Ma'ruf segera memulai pelajarannya dan para santri pun memperhatikan beliau.
Ma'ruf bercerita tentang keindahan alam semesta. Beliau menunjukkan sungai yang mengalir, awan yang lembut, serta buah-buah kurma yang melimpah. Kita seharusnya bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat dan karuniaNya yang tidak terhingga. Santrinya yang duduk disitu merasa tertarik dengan topik pembicaraan tersebut.
Seketika itu terlihat ada dua orang pemuda di sebuah kapal kecil. Mereka bernyanyi dan bercanda, sambil mabuk-mabukan. Para santri akibatnya tidak dapat mendengar pelajaran itu karena suara berisik dari dua pemuda itu. Santri marah terhadap kelakuan mereka. "Tidak hormat terhadap orang lain!", kata mereka. "Lihatlah kelakuan mereka, mereka merugikan kita sehingga tidak bisa mendengarkan pelajaran". Segelintir santri kemudian bermuka masam sambil berkata: "Mudah-mudahan kapal mereka segera tenggelam".
Ma'ruf hanya melihat santrinya sehingga santri itu berhenti berbicara. Kemudian beliau berdoa kepada Allah: "Wahai Tuhanku, bahagiakanlah mereka di akhirat kelak sebagaimana mereka bahagia di bumi, tunjukkanlah mereka kebenaran dan jalan kebaikan. Mereka masih muda, janganlah Engkau hukum mereka". Para santri terkejut mendengar doa guru mereka. Salah seorang pemuda di kapal itu mendengar doa guru Ma'ruf, sehingga ia sadar dan segera menegur temannya. Mereka tahu bahwa di dekat itu sedang diadakan pelajaran dan sadar bahwa kehadiran mereka mengganggu. Kemudian mereka membuang botol minuman keras ke sungai dan berhenti menyanyi. Mereka segera mendayung dan menepikan kapalnya. Sebagian santri berkata: "apa yang mau mereka lakukan?". Dua pemuda itu pun mendekati guru Ma'ruf dan memohon maaf karena sudah mengganggu pelajaran.
Ma'ruf memandang mereka, sambil berkata: "Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, yang terpenting adalah orang tersebut menyadari kesalahannya dan meminta maaf. Allah SWT memafkan hamba yang mengakui kesalahannya". Pemuda itu berkata: "Bolehkah kami ikut pelajaran Tuan?". Ma'ruf menjawab: "Marilah anak muda, kami sangat menantikan kehadiran kalian". Santri yang lain kemudian memberi ruang untuk mereka. Dan dua pemuda itu pun berbaur dengan santri lain dan mendengarkan dengan seksama pelajaran yang disampaikan guru Ma'ruf.
Para santri kini memahami bahwa mereka seharusnya perduli kepada orang lain. Sejak itu mereka selalu berdoa untuk kebaikan orang lain. Dua pemuda itupun akhirnya meninggalkan kemaksiatan setelah mendengarkan pelajaran tersebut. Kini mereka malah mengajak kawan-kawan nya untuk sama-sama berhijrah melakukan kebaikan.
Pesan Moral: Tidak boleh mendoakan yang jelek, namun seharusnya kita selalu berdoa untuk kebaikan orang lain.
No comments:
Post a Comment